Akibat kecelakaan, Gagah dirawat oleh Kyai Ghufron, pemimpin pesantren yang bersahaja dan sangat dihormati di wilayah Maluku Utara. Gagah takjub dengan kehidupan yang dijalani Kyai Ghufron dan merasakan pancaran kharismatiknya. Selama Gagah pergi, Gita beberapa kali bertemu sosok misterius di jalan, tepatnya di bus, kereta api dan tempat-tempat lainnya. Sosok ini masih muda. Ia gemar mengajak orang-orang pada kebaikan, mencerahkan dan menguatkan setiap orang yang ia temui, termasuk di area pemukiman warga yang terkena musibah dan selalu menjadi orang yang paling dulu membantu mereka yang membutuhkan. Sosok yang kemudian dikenal sebagai Yudi ini melakukan aksinya dengan enerjik, kadang kocak menghibur, menyentuh dan membawa perenungan, namun selalu menolak pemberian uang. Gita penasaran tapi ia tak merasa perlu untuk tahu lebih lanjut tentang Yudi.
Setelah dua bulan di Maluku Utara, akhirnya Gagah kembali ke rumah. Betapa terkejutnya Gita karena Gagah berubah sama sekali. Gagah kini terlihat sangat bersemangat menjalankan ajaran Islam, dan kerap menasihati Gita untuk menjalankan perintah-perintah agama. Gita sebal. Pada matanya, Gagah terlihat norak dan fanatik. Ia mulai “memusuhi” Gagah. Gagah pantang menyerah. Ia terus berusaha dekat dengan Gita dan juga Mama, untuk mengajak dua orang yang ia cintai itu untuk lebih mengenal keindahan Islam. “Islam itu indah. Islam itu cinta,” adalah hal yang selalu disampaikan Gagah pada Gita.
Gita juga bertambah syok karena sahabatnya Tika, kemudian
memakai jilbab dan menasehatinya, persis seperti Mas Gagah. Tika memutuskan
berjilbab karena salut dengan keteladanan kakak sepupunya; Nadia yang justru
mengenakan jilbab saat kuliah di Amerika Serikat. Ceramah-ceramah Yudi yang
sederhana dan mengena, keberadaan Tika serta Nadia, perlahan turut menggugah
kesadaran Gita agar berbaikan kembali dengan abangnya.
Gita mulai mau mendengarkan Gagah dan jalan bareng lagi. Gita juga senang diajak Gagah ke “Rumah Cinta”, rumah singgah penuh buku yang pelan-pelan dibangun Gagah untuk anak-anak dhuafa di pinggiran Jakarta. Di sana ia menikmati persahabatan Gagah dengan Urip, Asep dan Ucok, mantan preman yang insyaf dan mengelola tempat tersebut.
Saat kian dekat dengan Gagah, Gita memutuskan akan memberi
kejutan pada abangnya tersebut dengan memakai jilbab di hari ulangtahunnya yang
ke 18. Sayang, kerusuhan yang direkayasa oknum preman, menggagalkan niat
baiknya itu.
Tanggal rilis: 21 Januari 2016 (Indonesia)
Sutradara : Firmansyah
Musik
: Rabbana – Indah Nevertari
Penulis
: Fredy Aryanto
Pemain
Hamas Syahid Izzuddin
Mas Gagah
Aquino Umar
Gita
Izzah Ajrina
Nadia
Masaji Wijayanto
Yudhistira Arifin (Yudi)
Wulan Guritno
Ibu Gagah dan Gita
No comments:
Post a Comment